A Star Is Born: Kampanye Apik Kesehatan Mental

by - Desember 28, 2018

Sumber: USA Today

Gangguan mental memang tidak pandang bulu. Bradley Coper berhasil mewujudkan pernyataan itu dalam aktingnya yang ciamik sebagai Jackson Maine di film A Star Is Born. Sebagai seorang mega bintang musik country, tidak menjadikan ia jauh dari gangguan mental. Malahan, sekat antara kewarasan dan gangguan mental sangat tipis. Sejarah merekam beberapa kasus seperti yang terjadi dengan Kurt Cobain dan Amy Winehouse.

Perseteruan Jackson Maine (Bradley Cooper) dengan diri sendiri bermula dengan adanya trauma masa kecil. Dari situ muncul kegelisahan, depresi, hingga kecanduan. Semua gejala dan bentuk gangguan mental itu diperankan oleh Bradley Cooper dengan porsi yang ‘pas’ dan tidak terkesan lebay. Seperti tidak mengharap belas kasihan, tapi dengan sendirinya bisa membuat penontonnya menitikkan air mata.

Sedari awal, film yang disutradarai oleh Cooper sendiri ini sudah menggambarkan bagaimana gangguan mental telah menyetir kehidupan Jackson. Sebelum menghibur para penggemarnya, Jackson meminum beberapa butir pil dan menenggak alkohol. Dan setelah konser berlalu, masih dalam keadaan mabuk ia meminta supirnya untuk mengantarkannya ke bar terdekat. Di bar itulah dia bertemu dengan Ally (Lady Gaga) yang sedang menjadi penyanyi di bar itu. Kelak, Ally lah yang akan menjadi istri Jackson dan sosok yang mendukungnya dalam masa pemulihan. 

Film ini juga menggambarkan bagaimana seseorang dengan gangguan mental di sisi lain masih belum menanggalkan kemanusiaannya. Ia masih dapat berlaku romantis, misalnya. Terlihat dari bagaimana Jackson memperlakukan Ally di beberapa kesempatan, dan dari sorot matanya dapat menyiratkan bahwa sebetulnya Jackson adalah seseorang yang amat penyayang.

Ally, di film ini, dapat dilihat sebagai gambaran ideal seseorang yang patut untuk dicintai. Bagaimana tidak, ketika Ally mendapatkan penghargaan Grammy dan Jackson berlaku konyol akibat gangguan mentalnya, Ally dapat memosisikan dirinya sebagai seorang dewasa yang sangat pengertian. Dia tidak marah dengan Jackson. Ketika ayah Ally tidak terima dengan tingkah laku Jackson yang ia anggap telah mempermalukan anaknya, Ally tetap memilih kukuh di samping Jackson dengan memberikan dukungan. Dukungan itu tergambar pada sebuah scene di mana Ally menemani Jackson yang oleh ayah Ally diguyur di bawah pancuran kamar mandi, masih dengan dandanan lengkap yang ia pakai pada acara Grammy. Scene itu sangat emosional dan menunjukkan bagaimana dalamnya hubungan Jackson dan Ally. Saking emosionalnya, hingga film berakhir, scene itu masih jelas terbayang. Lady Gaga dapat memerankan Ally dengan total. Di film ini Lady Gaga tidak terlihat sebagaimana dia dikenal, yaitu seseorang yang melakukan sesuatu hal aneh agar menuai kontroversi. Lady Gaga adalah kontroversi itu sendiri.

A Star Is Born tidak hanya menggambarkan bagaimana gangguan mental itu bisa muncul, namun juga bagaimana gangguan mental dapat memengaruhi kehidupan. Orang lain dapat memperburuk gangguan mental seseorang, dan kehadiran sosok yang mendukung pemulihan kesehatan mental sangat dibutuhkan. 

Rilisnya film A Star Is Born (di Amerika serikat 5 Oktober 2018) yang berdekatan dengan Hari Kesehatan Mental (10 Oktober) kiranya bisa dimanfaatkan sebagai kampanye apik menyoal kesehatan mental. Setidaknya, film ini dapat menyadarkan bahwa gangguan mental itu betul-betul dapat terjadi dan dapat menyerang siapapun. Termasuk kita dan orang-orang di sekeliling kita. Itulah mengapa film ini bisa dikatakan wajib untuk di tonton. Karena, kesadaran akan adanya gangguan mental perlu untuk membuat kita lebih peka dengan keadaan sekitar. Mungkin ada yang butuh untuk ditanya, didengar, dianggap ada, dan diyakinkan bahwa semua dapat menjadi baik-baik saja. Keselamatan seseorang dapat bermula dari sebuah pertanyaan, seperti yang ada pada lirik lagu soundtrack film ini, Are you happy in this modern world? Or do you need more? Is there something else youre searching for?

You May Also Like

0 comments