Sumber: USA Today |
Gangguan mental memang tidak pandang bulu. Bradley
Coper berhasil mewujudkan pernyataan itu dalam aktingnya yang ciamik sebagai
Jackson Maine di film A Star Is Born.
Sebagai seorang mega bintang musik country,
tidak menjadikan ia jauh dari gangguan mental. Malahan, sekat antara kewarasan
dan gangguan mental sangat tipis. Sejarah merekam beberapa kasus seperti yang
terjadi dengan Kurt Cobain dan Amy Winehouse.
Perseteruan Jackson Maine (Bradley Cooper) dengan
diri sendiri bermula dengan adanya trauma masa kecil. Dari situ muncul
kegelisahan, depresi, hingga kecanduan. Semua gejala dan bentuk gangguan mental
itu diperankan oleh Bradley Cooper dengan porsi yang ‘pas’ dan tidak terkesan
lebay. Seperti tidak mengharap belas kasihan, tapi dengan sendirinya bisa
membuat penontonnya menitikkan air mata.
Sedari awal, film yang disutradarai oleh Cooper
sendiri ini sudah menggambarkan bagaimana gangguan mental telah menyetir
kehidupan Jackson. Sebelum menghibur para penggemarnya, Jackson meminum
beberapa butir pil dan menenggak alkohol. Dan setelah konser berlalu, masih
dalam keadaan mabuk ia meminta supirnya untuk mengantarkannya ke bar terdekat.
Di bar itulah dia bertemu dengan Ally (Lady Gaga) yang sedang menjadi penyanyi
di bar itu. Kelak, Ally lah yang akan menjadi istri Jackson dan sosok yang
mendukungnya dalam masa pemulihan.
Film ini juga menggambarkan bagaimana seseorang dengan gangguan mental di sisi lain masih belum menanggalkan kemanusiaannya. Ia masih dapat berlaku romantis, misalnya. Terlihat dari bagaimana Jackson memperlakukan Ally di beberapa kesempatan, dan dari sorot matanya dapat menyiratkan bahwa sebetulnya Jackson adalah seseorang yang amat penyayang.
Ally, di film ini, dapat dilihat sebagai gambaran
ideal seseorang yang patut untuk dicintai. Bagaimana tidak, ketika Ally
mendapatkan penghargaan Grammy dan Jackson berlaku konyol akibat gangguan
mentalnya, Ally dapat memosisikan dirinya sebagai seorang dewasa yang sangat
pengertian. Dia tidak marah dengan Jackson. Ketika ayah Ally tidak terima
dengan tingkah laku Jackson yang ia anggap telah mempermalukan anaknya, Ally
tetap memilih kukuh di samping Jackson dengan memberikan dukungan. Dukungan itu
tergambar pada sebuah scene di mana
Ally menemani Jackson yang oleh ayah Ally diguyur di bawah pancuran kamar mandi,
masih dengan dandanan lengkap yang ia pakai pada acara Grammy. Scene itu sangat emosional dan
menunjukkan bagaimana dalamnya hubungan Jackson dan Ally. Saking emosionalnya,
hingga film berakhir, scene itu masih
jelas terbayang. Lady Gaga dapat memerankan Ally dengan total. Di film ini Lady
Gaga tidak terlihat sebagaimana dia dikenal, yaitu seseorang yang melakukan
sesuatu hal aneh agar menuai kontroversi. Lady Gaga adalah kontroversi itu
sendiri.
A Star Is Born tidak hanya menggambarkan bagaimana gangguan mental
itu bisa muncul, namun juga bagaimana gangguan mental dapat memengaruhi
kehidupan. Orang lain dapat memperburuk gangguan mental seseorang, dan
kehadiran sosok yang mendukung pemulihan kesehatan mental sangat dibutuhkan.
Rilisnya film A
Star Is Born (di Amerika serikat 5 Oktober 2018) yang berdekatan dengan
Hari Kesehatan Mental (10 Oktober) kiranya bisa dimanfaatkan sebagai kampanye
apik menyoal kesehatan mental. Setidaknya, film ini dapat menyadarkan bahwa
gangguan mental itu betul-betul dapat terjadi dan dapat menyerang siapapun.
Termasuk kita dan orang-orang di sekeliling kita. Itulah mengapa film ini bisa
dikatakan wajib untuk di tonton. Karena, kesadaran akan adanya gangguan mental perlu
untuk membuat kita lebih peka dengan keadaan sekitar. Mungkin ada yang butuh
untuk ditanya, didengar, dianggap ada, dan diyakinkan bahwa semua dapat menjadi
baik-baik saja. Keselamatan seseorang dapat bermula dari sebuah pertanyaan,
seperti yang ada pada lirik lagu soundtrack film ini, Are you happy in this modern world? Or do you need more? Is there
something else youre searching for?
0 comments